Harianto Baharuddin
1. Persentase
Lulusan: Bekerja, Berwirausaha, dan Melanjutkan Studi
Data penelusuran
lulusan SMK 2024 di Sulawesi Selatan menggambarkan bagaimana lulusan
Kemaritiman memilih jalur karir mereka setelah lulus. Berikut rinciannya:
- Lulusan yang Bekerja: 40,16%
Bidang Kemaritiman menempati posisi ketiga tertinggi dalam keterserapan kerja, di bawah Energi dan Pertambangan (47,75%) serta Teknologi dan Rekayasa (43,22%). Angka 40,16% ini menunjukkan bahwa banyak lulusan Kemaritiman langsung diterima di dunia kerja, terutama di sektor pelayaran, perikanan, dan logistik maritim. Sulawesi Selatan, dengan posisi geografisnya sebagai wilayah kepulauan dan pusat pelabuhan seperti Makassar, memberikan peluang besar bagi lulusan dengan keahlian seperti teknika kapal, navigasi, atau logistik maritim. Industri ini sangat membutuhkan tenaga kerja terampil, sehingga lulusan Kemaritiman punya daya tarik kuat di pasar kerja lokal. - Lulusan yang Berwirausaha: 20,59%
Sekitar satu dari lima lulusan Kemaritiman memilih untuk menjadi wirausahawan. Angka ini menunjukkan semangat kewirausahaan yang cukup tinggi di kalangan lulusan. Banyak dari mereka memulai bisnis kecil di sektor maritim, seperti usaha perikanan, jasa transportasi laut, atau penyediaan peralatan kapal. Potensi maritim Sulawesi Selatan, yang kaya akan sumber daya laut dan aktivitas pelabuhan, menjadi pendorong utama. Misalnya, lulusan mungkin membuka usaha penangkapan ikan skala kecil, jasa perbaikan kapal, atau logistik pengiriman barang antar pulau. - Lulusan yang Melanjutkan Studi: 15,65%
Hanya sekitar 15,65% lulusan Kemaritiman yang memilih melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi, seperti diploma atau sarjana. Angka ini tergolong rendah dibandingkan bidang lain seperti Kesehatan dan Pekerjaan Sosial (61,79%) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (34,45%). Hal ini kemungkinan besar karena lulusan Kemaritiman sudah memiliki peluang kerja langsung yang besar, sehingga banyak yang lebih memilih bekerja atau berwirausaha ketimbang melanjutkan pendidikan formal. Permintaan tenaga kerja di sektor maritim yang tinggi membuat lulusan merasa keterampilan mereka sudah cukup untuk langsung terjun ke lapangan.
2. Keselarasan
Pekerjaan dengan Keahlian
Sebanyak 71,93%
lulusan SMK yang bekerja memiliki pekerjaan yang sesuai dengan bidang
keahlian mereka, termasuk di bidang Kemaritiman. Artinya, tujuh dari sepuluh
lulusan Kemaritiman yang bekerja mendapatkan pekerjaan yang relevan dengan apa
yang mereka pelajari di SMK, seperti menjadi teknisi kapal, operator logistik
maritim, atau kru pelayaran. Tingkat keselarasan ini menunjukkan bahwa
kurikulum Kemaritiman di SMK Sulawesi Selatan sudah cukup selaras dengan
kebutuhan industri lokal, terutama di sektor pelayaran, perikanan, dan galangan
kapal.
Namun, masih ada 28,07%
lulusan yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan keahlian mereka.
Hal ini bisa terjadi karena beberapa alasan, seperti:
- Keterbatasan lowongan kerja di sektor maritim tertentu, terutama di
daerah yang jauh dari pelabuhan.
- Kurangnya informasi tentang peluang kerja di sektor maritim.
- Kebutuhan keterampilan tambahan yang belum tercakup dalam kurikulum SMK,
seperti kemampuan bahasa asing untuk bekerja di kapal internasional atau
sertifikasi khusus.
Untuk mengatasi
masalah ini, SMK bisa memperkuat kerja sama dengan perusahaan maritim lokal,
seperti pelabuhan Makassar atau perusahaan perikanan, agar kurikulum lebih
sesuai dengan kebutuhan pasar. Program magang wajib juga bisa membantu lulusan
lebih siap dan terhubung dengan dunia kerja.
3. Masa Tunggu
Mendapatkan Pekerjaan
Rata-rata masa tunggu
lulusan SMK untuk mendapatkan pekerjaan adalah 4 bulan. Namun, di bidang
Kemaritiman, terutama untuk konsentrasi seperti Teknika Kapal Penangkap Ikan,
beberapa lulusan bahkan langsung mendapatkan pekerjaan (masa tunggu 0 bulan)
atau hanya menunggu hingga 2 bulan, seperti pada konsentrasi Teknik
Transmisi Telekomunikasi. Ini menunjukkan bahwa sektor maritim memiliki
permintaan tenaga kerja yang sangat tinggi, terutama untuk keahlian teknis
seperti teknisi kapal atau operator peralatan maritim.
Faktor yang mendukung
masa tunggu yang singkat ini meliputi:
- Permintaan tinggi di industri maritim, didukung oleh posisi
strategis Sulawesi Selatan sebagai hub pelayaran dan perikanan.
- Program magang yang diselenggarakan SMK, yang
menghubungkan siswa dengan perusahaan maritim selama masa pendidikan.
- Koneksi industri yang kuat, seperti kerja sama dengan
pelabuhan atau perusahaan perikanan.
Namun, tantangan tetap
ada, terutama untuk lulusan di daerah terpencil yang mungkin kesulitan
mengakses informasi lowongan kerja. Untuk mengatasinya, SMK bisa:
- Mengadakan bursa kerja khusus SMK
yang menghadirkan perusahaan maritim.
- Menyediakan platform online untuk
informasi lowongan kerja.
- Memberikan pelatihan soft skills,
seperti cara membuat CV atau wawancara kerja, agar lulusan lebih percaya
diri melamar pekerjaan.
4. Pendapatan
Lulusan
Dari seluruh lulusan
SMK yang bekerja, hanya 28,01% yang berpenghasilan di atas Upah Minimum
Provinsi (UMP). Namun, di bidang Kemaritiman, konsentrasi seperti Teknika
Kapal Penangkap Ikan menonjol dengan 77,78% lulusannya memperoleh
pendapatan di atas 2x UMP. Ini menunjukkan bahwa lulusan Kemaritiman
memiliki potensi penghasilan yang sangat kompetitif, terutama di sektor
perikanan dan galangan kapal, yang merupakan tulang punggung ekonomi maritim
Sulawesi Selatan.
Meski begitu, masih
ada 71,99% lulusan SMK (termasuk sebagian dari bidang Kemaritiman) yang
berpenghasilan di bawah atau setara dengan UMP. Ini kemungkinan besar karena:
- Banyak lulusan bekerja di posisi entry-level,
seperti asisten teknisi kapal atau pekerja logistik dasar, yang gajinya
masih rendah.
- Keterbatasan akses ke pekerjaan dengan bayaran tinggi,
terutama di daerah yang jauh dari pusat industri maritim seperti Makassar.
- Kurangnya sertifikasi tambahan yang bisa meningkatkan nilai tawar
lulusan di pasar kerja.
Lulusan dengan
pendapatan di atas UMP biasanya bekerja di sektor dengan permintaan tinggi,
seperti galangan kapal atau perusahaan pelayaran internasional, atau memiliki
sertifikasi tambahan yang meningkatkan kredibilitas mereka. Untuk meningkatkan
pendapatan lulusan, SMK bisa:
- Mengintegrasikan pelatihan sertifikasi
ke dalam kurikulum.
- Bekerja sama dengan perusahaan maritim
untuk menyediakan peluang kerja premium.
- Mengajarkan keterampilan tambahan,
seperti teknologi navigasi modern atau manajemen logistik, yang
meningkatkan daya saing lulusan.
5. Kepemilikan
Sertifikat Keahlian
Hanya 6,78% lulusan
SMK, termasuk di bidang Kemaritiman, yang memiliki sertifikat keahlian
resmi. Sertifikat ini, seperti yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP) atau lembaga industri, sangat penting untuk meningkatkan
kredibilitas lulusan di mata perusahaan. Lulusan dengan sertifikasi cenderung:
- Mendapatkan pekerjaan yang sesuai
dengan keahlian mereka.
- Memiliki masa tunggu lebih singkat
untuk masuk dunia kerja.
- Berpotensi memperoleh pendapatan lebih
tinggi, karena sertifikasi menunjukkan kompetensi yang diakui.
Rendahnya angka
kepemilikan sertifikat di bidang Kemaritiman bisa disebabkan oleh:
- Biaya uji kompetensi yang mahal bagi sebagian lulusan.
- Akses terbatas ke lembaga sertifikasi, terutama di
daerah terpencil.
- Kurangnya integrasi uji kompetensi dalam kurikulum SMK.
Untuk mengatasi
tantangan ini, SMK bisa:
- Mengintegrasikan uji kompetensi sebagai bagian wajib dari kurikulum.
- Bekerja sama dengan lembaga sertifikasi
untuk menyediakan uji kompetensi yang terjangkau atau bersubsidi.
- Mengadakan sosialisasi tentang
pentingnya sertifikasi bagi karir lulusan.
6. Mengapa
Kemaritiman Berhasil?
Keberhasilan bidang
Kemaritiman sebagai salah satu jurusan dengan keterserapan kerja tertinggi
tidak lepas dari beberapa faktor:
- Posisi geografis Sulawesi Selatan yang strategis sebagai wilayah kepulauan,
dengan pelabuhan besar seperti Makassar dan potensi perikanan yang besar.
- Permintaan tenaga kerja yang tinggi di sektor pelayaran,
perikanan, dan logistik maritim.
- Relevansi kurikulum yang menghasilkan lulusan dengan
keterampilan praktis, seperti teknika kapal, navigasi, atau pengelolaan
logistik maritim.
- Koneksi industri yang baik, seperti program magang dengan
perusahaan pelayaran atau galangan kapal.
Selain itu,
konsentrasi seperti Teknika Kapal Penangkap Ikan menunjukkan potensi
luar biasa, dengan pendapatan tinggi dan masa tunggu yang singkat. Ini
menandakan bahwa keahlian spesifik dalam bidang Kemaritiman sangat dibutuhkan
di pasar kerja lokal.
7. Tantangan dan
Rekomendasi
Meski bidang
Kemaritiman menunjukkan kinerja yang baik, masih ada beberapa tantangan yang
perlu diatasi:
- Kesesuaian pekerjaan: Sekitar 28% lulusan bekerja di bidang
yang tidak sesuai dengan keahlian mereka. Ini bisa diatasi dengan
memperkuat kerja sama dengan industri maritim untuk memastikan kurikulum
selalu up-to-date.
- Pendapatan rendah: Mayoritas lulusan masih berpenghasilan
di bawah atau setara UMP. Pelatihan keterampilan tambahan dan sertifikasi
bisa meningkatkan peluang mereka mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi.
- Sertifikasi rendah: Hanya 6,78% lulusan memiliki sertifikat
keahlian. Integrasi uji kompetensi dalam kurikulum dan kerja sama dengan
lembaga sertifikasi sangat diperlukan.
- Akses di daerah terpencil: Lulusan di daerah jauh dari pelabuhan
besar mungkin kesulitan mengakses peluang kerja. Bursa kerja dan platform
online bisa menjadi solusi.
Rekomendasi untuk
SMK di Bidang Kemaritiman:
- Perkuat Kemitraan Industri: Jalin kerja sama dengan pelabuhan,
perusahaan pelayaran, dan industri perikanan untuk menyediakan magang dan
jalur kerja langsung.
- Tingkatkan Sertifikasi: Integrasikan uji kompetensi ke dalam
kurikulum dan fasilitasi akses ke sertifikasi resmi, seperti dari BNSP
atau lembaga maritim internasional.
- Dukung Kewirausahaan: Berikan pelatihan kewirausahaan, seperti
cara memulai usaha perikanan atau jasa transportasi laut, untuk
meningkatkan jumlah lulusan yang berwirausaha.
- Perbarui Kurikulum: Tambahkan pelatihan teknologi maritim
modern, seperti navigasi digital atau manajemen logistik berbasis
teknologi, untuk meningkatkan relevansi lulusan.
- Bursa Kerja dan Platform Online: Adakan bursa kerja khusus untuk lulusan
Kemaritiman dan sediakan platform digital untuk informasi lowongan kerja.
Kesimpulan
Bidang Kemaritiman
menjadi salah satu keahlian unggulan SMK di Sulawesi Selatan, dengan posisi
ketiga tertinggi dalam keterserapan lulusan yang bekerja (40,16%) pada tahun
2024. Selain itu, 20,59% lulusan berwirausaha dan 15,65% melanjutkan studi,
menunjukkan fleksibilitas jalur karir lulusan. Tingkat keselarasan pekerjaan
sebesar 71,93%, masa tunggu rata-rata 4 bulan (bahkan mendekati 0 bulan untuk
konsentrasi tertentu), dan potensi pendapatan tinggi (77,78% lulusan Teknika
Kapal Penangkap Ikan di atas 2x UMP) mencerminkan relevansi bidang ini dengan
kebutuhan pasar kerja lokal. Namun, rendahnya kepemilikan sertifikat keahlian
(6,78%) dan sebagian lulusan yang berpenghasilan rendah menjadi tantangan yang
perlu diatasi.
Dengan memperkuat
kemitraan industri, mengintegrasikan sertifikasi ke dalam kurikulum, mendukung
kewirausahaan, dan memperbarui kurikulum dengan teknologi terkini, bidang
Kemaritiman dapat terus menjadi andalan SMK Sulawesi Selatan. Langkah-langkah
ini tidak hanya akan meningkatkan keterserapan lulusan, tetapi juga memperkuat
kontribusi mereka terhadap pembangunan ekonomi daerah, khususnya di sektor
maritim yang menjadi salah satu pilar utama Sulawesi Selatan.
Sumber: Diolah dari
data populasi yang berpartisipasi pada penelusuran lulusan SMK tahun 2024 di
Sulawesi Selatan