Harianto Baharuddin

Bidang keahlian Kemaritiman menjadi salah satu jurusan unggulan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Sulawesi Selatan, dengan menduduki posisi ketiga tertinggi dalam hal penyerapan lulusan yang bekerja pada tahun 2024. Berdasarkan data penelusuran lulusan SMK 2024, yang melibatkan 31.387 responden dari total 39.521 lulusan dengan tingkat partisipasi mencapai 79,42%, bidang Kemaritiman menunjukkan performa yang kuat dalam mempersiapkan lulusan untuk dunia kerja, wirausaha, dan pendidikan lanjutan. Berikut adalah analisis mendetail tentang keterserapan lulusan Kemaritiman, disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami dan populer, dengan fokus pada aspek-aspek kunci seperti persentase lulusan, keselarasan pekerjaan, masa tunggu, pendapatan, dan kepemilikan sertifikat keahlian.


1. Persentase Lulusan: Bekerja, Berwirausaha, dan Melanjutkan Studi

Data penelusuran lulusan SMK 2024 di Sulawesi Selatan menggambarkan bagaimana lulusan Kemaritiman memilih jalur karir mereka setelah lulus. Berikut rinciannya:

  • Lulusan yang Bekerja: 40,16%
    Bidang Kemaritiman menempati posisi ketiga tertinggi dalam keterserapan kerja, di bawah Energi dan Pertambangan (47,75%) serta Teknologi dan Rekayasa (43,22%). Angka 40,16% ini menunjukkan bahwa banyak lulusan Kemaritiman langsung diterima di dunia kerja, terutama di sektor pelayaran, perikanan, dan logistik maritim. Sulawesi Selatan, dengan posisi geografisnya sebagai wilayah kepulauan dan pusat pelabuhan seperti Makassar, memberikan peluang besar bagi lulusan dengan keahlian seperti teknika kapal, navigasi, atau logistik maritim. Industri ini sangat membutuhkan tenaga kerja terampil, sehingga lulusan Kemaritiman punya daya tarik kuat di pasar kerja lokal.
  • Lulusan yang Berwirausaha: 20,59%
    Sekitar satu dari lima lulusan Kemaritiman memilih untuk menjadi wirausahawan. Angka ini menunjukkan semangat kewirausahaan yang cukup tinggi di kalangan lulusan. Banyak dari mereka memulai bisnis kecil di sektor maritim, seperti usaha perikanan, jasa transportasi laut, atau penyediaan peralatan kapal. Potensi maritim Sulawesi Selatan, yang kaya akan sumber daya laut dan aktivitas pelabuhan, menjadi pendorong utama. Misalnya, lulusan mungkin membuka usaha penangkapan ikan skala kecil, jasa perbaikan kapal, atau logistik pengiriman barang antar pulau.
  • Lulusan yang Melanjutkan Studi: 15,65%
    Hanya sekitar 15,65% lulusan Kemaritiman yang memilih melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi, seperti diploma atau sarjana. Angka ini tergolong rendah dibandingkan bidang lain seperti Kesehatan dan Pekerjaan Sosial (61,79%) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (34,45%). Hal ini kemungkinan besar karena lulusan Kemaritiman sudah memiliki peluang kerja langsung yang besar, sehingga banyak yang lebih memilih bekerja atau berwirausaha ketimbang melanjutkan pendidikan formal. Permintaan tenaga kerja di sektor maritim yang tinggi membuat lulusan merasa keterampilan mereka sudah cukup untuk langsung terjun ke lapangan.

2. Keselarasan Pekerjaan dengan Keahlian

Sebanyak 71,93% lulusan SMK yang bekerja memiliki pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka, termasuk di bidang Kemaritiman. Artinya, tujuh dari sepuluh lulusan Kemaritiman yang bekerja mendapatkan pekerjaan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari di SMK, seperti menjadi teknisi kapal, operator logistik maritim, atau kru pelayaran. Tingkat keselarasan ini menunjukkan bahwa kurikulum Kemaritiman di SMK Sulawesi Selatan sudah cukup selaras dengan kebutuhan industri lokal, terutama di sektor pelayaran, perikanan, dan galangan kapal.

Namun, masih ada 28,07% lulusan yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan keahlian mereka. Hal ini bisa terjadi karena beberapa alasan, seperti:

  • Keterbatasan lowongan kerja di sektor maritim tertentu, terutama di daerah yang jauh dari pelabuhan.
  • Kurangnya informasi tentang peluang kerja di sektor maritim.
  • Kebutuhan keterampilan tambahan yang belum tercakup dalam kurikulum SMK, seperti kemampuan bahasa asing untuk bekerja di kapal internasional atau sertifikasi khusus.

Untuk mengatasi masalah ini, SMK bisa memperkuat kerja sama dengan perusahaan maritim lokal, seperti pelabuhan Makassar atau perusahaan perikanan, agar kurikulum lebih sesuai dengan kebutuhan pasar. Program magang wajib juga bisa membantu lulusan lebih siap dan terhubung dengan dunia kerja.

3. Masa Tunggu Mendapatkan Pekerjaan

Rata-rata masa tunggu lulusan SMK untuk mendapatkan pekerjaan adalah 4 bulan. Namun, di bidang Kemaritiman, terutama untuk konsentrasi seperti Teknika Kapal Penangkap Ikan, beberapa lulusan bahkan langsung mendapatkan pekerjaan (masa tunggu 0 bulan) atau hanya menunggu hingga 2 bulan, seperti pada konsentrasi Teknik Transmisi Telekomunikasi. Ini menunjukkan bahwa sektor maritim memiliki permintaan tenaga kerja yang sangat tinggi, terutama untuk keahlian teknis seperti teknisi kapal atau operator peralatan maritim.

Faktor yang mendukung masa tunggu yang singkat ini meliputi:

  • Permintaan tinggi di industri maritim, didukung oleh posisi strategis Sulawesi Selatan sebagai hub pelayaran dan perikanan.
  • Program magang yang diselenggarakan SMK, yang menghubungkan siswa dengan perusahaan maritim selama masa pendidikan.
  • Koneksi industri yang kuat, seperti kerja sama dengan pelabuhan atau perusahaan perikanan.

Namun, tantangan tetap ada, terutama untuk lulusan di daerah terpencil yang mungkin kesulitan mengakses informasi lowongan kerja. Untuk mengatasinya, SMK bisa:

  • Mengadakan bursa kerja khusus SMK yang menghadirkan perusahaan maritim.
  • Menyediakan platform online untuk informasi lowongan kerja.
  • Memberikan pelatihan soft skills, seperti cara membuat CV atau wawancara kerja, agar lulusan lebih percaya diri melamar pekerjaan.

4. Pendapatan Lulusan

Dari seluruh lulusan SMK yang bekerja, hanya 28,01% yang berpenghasilan di atas Upah Minimum Provinsi (UMP). Namun, di bidang Kemaritiman, konsentrasi seperti Teknika Kapal Penangkap Ikan menonjol dengan 77,78% lulusannya memperoleh pendapatan di atas 2x UMP. Ini menunjukkan bahwa lulusan Kemaritiman memiliki potensi penghasilan yang sangat kompetitif, terutama di sektor perikanan dan galangan kapal, yang merupakan tulang punggung ekonomi maritim Sulawesi Selatan.

Meski begitu, masih ada 71,99% lulusan SMK (termasuk sebagian dari bidang Kemaritiman) yang berpenghasilan di bawah atau setara dengan UMP. Ini kemungkinan besar karena:

  • Banyak lulusan bekerja di posisi entry-level, seperti asisten teknisi kapal atau pekerja logistik dasar, yang gajinya masih rendah.
  • Keterbatasan akses ke pekerjaan dengan bayaran tinggi, terutama di daerah yang jauh dari pusat industri maritim seperti Makassar.
  • Kurangnya sertifikasi tambahan yang bisa meningkatkan nilai tawar lulusan di pasar kerja.

Lulusan dengan pendapatan di atas UMP biasanya bekerja di sektor dengan permintaan tinggi, seperti galangan kapal atau perusahaan pelayaran internasional, atau memiliki sertifikasi tambahan yang meningkatkan kredibilitas mereka. Untuk meningkatkan pendapatan lulusan, SMK bisa:

  • Mengintegrasikan pelatihan sertifikasi ke dalam kurikulum.
  • Bekerja sama dengan perusahaan maritim untuk menyediakan peluang kerja premium.
  • Mengajarkan keterampilan tambahan, seperti teknologi navigasi modern atau manajemen logistik, yang meningkatkan daya saing lulusan.

5. Kepemilikan Sertifikat Keahlian

Hanya 6,78% lulusan SMK, termasuk di bidang Kemaritiman, yang memiliki sertifikat keahlian resmi. Sertifikat ini, seperti yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) atau lembaga industri, sangat penting untuk meningkatkan kredibilitas lulusan di mata perusahaan. Lulusan dengan sertifikasi cenderung:

  • Mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka.
  • Memiliki masa tunggu lebih singkat untuk masuk dunia kerja.
  • Berpotensi memperoleh pendapatan lebih tinggi, karena sertifikasi menunjukkan kompetensi yang diakui.

Rendahnya angka kepemilikan sertifikat di bidang Kemaritiman bisa disebabkan oleh:

  • Biaya uji kompetensi yang mahal bagi sebagian lulusan.
  • Akses terbatas ke lembaga sertifikasi, terutama di daerah terpencil.
  • Kurangnya integrasi uji kompetensi dalam kurikulum SMK.

Untuk mengatasi tantangan ini, SMK bisa:

  • Mengintegrasikan uji kompetensi sebagai bagian wajib dari kurikulum.
  • Bekerja sama dengan lembaga sertifikasi untuk menyediakan uji kompetensi yang terjangkau atau bersubsidi.
  • Mengadakan sosialisasi tentang pentingnya sertifikasi bagi karir lulusan.

6. Mengapa Kemaritiman Berhasil?

Keberhasilan bidang Kemaritiman sebagai salah satu jurusan dengan keterserapan kerja tertinggi tidak lepas dari beberapa faktor:

  • Posisi geografis Sulawesi Selatan yang strategis sebagai wilayah kepulauan, dengan pelabuhan besar seperti Makassar dan potensi perikanan yang besar.
  • Permintaan tenaga kerja yang tinggi di sektor pelayaran, perikanan, dan logistik maritim.
  • Relevansi kurikulum yang menghasilkan lulusan dengan keterampilan praktis, seperti teknika kapal, navigasi, atau pengelolaan logistik maritim.
  • Koneksi industri yang baik, seperti program magang dengan perusahaan pelayaran atau galangan kapal.

Selain itu, konsentrasi seperti Teknika Kapal Penangkap Ikan menunjukkan potensi luar biasa, dengan pendapatan tinggi dan masa tunggu yang singkat. Ini menandakan bahwa keahlian spesifik dalam bidang Kemaritiman sangat dibutuhkan di pasar kerja lokal.

7. Tantangan dan Rekomendasi

Meski bidang Kemaritiman menunjukkan kinerja yang baik, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi:

  • Kesesuaian pekerjaan: Sekitar 28% lulusan bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan keahlian mereka. Ini bisa diatasi dengan memperkuat kerja sama dengan industri maritim untuk memastikan kurikulum selalu up-to-date.
  • Pendapatan rendah: Mayoritas lulusan masih berpenghasilan di bawah atau setara UMP. Pelatihan keterampilan tambahan dan sertifikasi bisa meningkatkan peluang mereka mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi.
  • Sertifikasi rendah: Hanya 6,78% lulusan memiliki sertifikat keahlian. Integrasi uji kompetensi dalam kurikulum dan kerja sama dengan lembaga sertifikasi sangat diperlukan.
  • Akses di daerah terpencil: Lulusan di daerah jauh dari pelabuhan besar mungkin kesulitan mengakses peluang kerja. Bursa kerja dan platform online bisa menjadi solusi.

Rekomendasi untuk SMK di Bidang Kemaritiman:

  1. Perkuat Kemitraan Industri: Jalin kerja sama dengan pelabuhan, perusahaan pelayaran, dan industri perikanan untuk menyediakan magang dan jalur kerja langsung.
  2. Tingkatkan Sertifikasi: Integrasikan uji kompetensi ke dalam kurikulum dan fasilitasi akses ke sertifikasi resmi, seperti dari BNSP atau lembaga maritim internasional.
  3. Dukung Kewirausahaan: Berikan pelatihan kewirausahaan, seperti cara memulai usaha perikanan atau jasa transportasi laut, untuk meningkatkan jumlah lulusan yang berwirausaha.
  4. Perbarui Kurikulum: Tambahkan pelatihan teknologi maritim modern, seperti navigasi digital atau manajemen logistik berbasis teknologi, untuk meningkatkan relevansi lulusan.
  5. Bursa Kerja dan Platform Online: Adakan bursa kerja khusus untuk lulusan Kemaritiman dan sediakan platform digital untuk informasi lowongan kerja.

Kesimpulan

Bidang Kemaritiman menjadi salah satu keahlian unggulan SMK di Sulawesi Selatan, dengan posisi ketiga tertinggi dalam keterserapan lulusan yang bekerja (40,16%) pada tahun 2024. Selain itu, 20,59% lulusan berwirausaha dan 15,65% melanjutkan studi, menunjukkan fleksibilitas jalur karir lulusan. Tingkat keselarasan pekerjaan sebesar 71,93%, masa tunggu rata-rata 4 bulan (bahkan mendekati 0 bulan untuk konsentrasi tertentu), dan potensi pendapatan tinggi (77,78% lulusan Teknika Kapal Penangkap Ikan di atas 2x UMP) mencerminkan relevansi bidang ini dengan kebutuhan pasar kerja lokal. Namun, rendahnya kepemilikan sertifikat keahlian (6,78%) dan sebagian lulusan yang berpenghasilan rendah menjadi tantangan yang perlu diatasi.

Dengan memperkuat kemitraan industri, mengintegrasikan sertifikasi ke dalam kurikulum, mendukung kewirausahaan, dan memperbarui kurikulum dengan teknologi terkini, bidang Kemaritiman dapat terus menjadi andalan SMK Sulawesi Selatan. Langkah-langkah ini tidak hanya akan meningkatkan keterserapan lulusan, tetapi juga memperkuat kontribusi mereka terhadap pembangunan ekonomi daerah, khususnya di sektor maritim yang menjadi salah satu pilar utama Sulawesi Selatan.

Sumber: Diolah dari data populasi yang berpartisipasi pada penelusuran lulusan SMK tahun 2024 di Sulawesi Selatan